Ayo #DukungPetaniIndonesia Lewat Program Bango Pangan Lestari


Satu minggu yang lalu, salah seorang paman saya yang tinggal di Jawa Tengah membagikan sebuah foto hasil panennya di grup chat keluarga besar, melihat keberhasilannya dalam mengelola sawah keluarga, kamipun langsung memberikan apresiasi kepadanya. Tak hanya sukses menanam padi, paman juga gemar menanam sayur dan buah di kebun milik kakek, makanya setiap kali pulang kampung, saya dan anak-anak tak pernah melewatkan kunjungan ke sawah maupun kebun kakek, karena jika tiba saatnya panen, dengan senang hati kami ikut terjun untuk membantu memetik buah dan sayuran yang nantinya langsung dibawa ke pasar terdekat. 

Pernah suatu hari, saya ikut paman untuk menjual hasil kebunnya di pasar dan membayangkan bakal dapat uang banyak dari hasil penjualan sayur dan buah tersebut eh ternyata tak seperti yang dibayangkan, pedagang di pasar hanya mampu membeli dengan harga yang rendah, rasanya tak sebanding dengan jerih payah para petani. 

Tapi apa boleh buat daripada disimpan dirumah dan membusuk kan? akhirnya kami tetap menerima harga yang mereka tawarkan, padahal kalau di Jakarta, harga buah seperti Pepaya, Pisang, Mentimun, Cabai dan bawang jika sudah masuk Pasar Modern atau Supermarket bisa 2x lipatnya. Sedih ya teman-teman...

Tetapi paman dan petani lainnya sepertinya tak pernah berkecil hati, mereka masih terus menggarap sawahnya meskipun virus COVID-19 sedang gencar-gencarnya melanda Indonesia. Demi menggarap lahan dan memastikan ketersediaan stok pangan pangan yang cukup, setidaknya untuk diri sendiri dan keluarganya di tengah pandemi ini. Diakui atau tidak petani adalah garda terdepan ketahanan pangan nasional meskipun ketahanan pangan tidak sekedar kecukupan bahan pokok utama saja melainkan pangan yang cukup dan beru. Lalu apa sih yang dimaksud Ketahanan Pangan?

Pengertian Ketahanan Pangan 

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara baik jumlah maupun mutunya. Saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Lebih jauh lagi, di masa pandemi COVID-19, kehidupan dan penghidupan para petani yang berada di garda terdepan untuk menjaga ketahanan pangan sangat terdampak. Oleh karena itu, mereka harus segera didukung agar ketahanan pangan dapat terjaga hingga nanti

Bango, salah satu produk PT.Unilever Indonesia, Tbk meluncurkan sebuah program bertajuk "Bango Pangan Lestari" pada hari Selasa 25 Agustus 2020 lalu secara online, menghadirkan beberapa pembicara yang terdiri dari pemangku kepentingan hingga partner kerja, mereka adalah :

  1. Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng - Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
  2. Hernie Raharja - Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia, Tbk
  3. Rusli Abdullah - pengamat pertanian dan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
  4. Oshin Hernis - Head Of Communications Sayurbox
  5. Aria Alifie Nurfikry  - Vice President of Marketing TaniHub

Nirina Zubir, MC


Acara dibuka oleh artis Nirina Zubir yang bertugas sebagai MC, kemudian dilanjutkan dengan paparan ibu Hernie Raharja seputar program terbaru ini, beliau menyampaikan bahwa secara garis besar, program ini menggarisbawahi tiga pilar penting, yaitu: Pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan; Perlindungan kesejahteraan petani dan keluarganya; dan Penggalakkan regenerasi petani. Sementara ada tiga tantangan besar yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional, yaitu:

  1. Kualitas sumber pangan yang kurang maksimal: disebabkan oleh pengetahuan petani yang masih minim, perubahan iklim yang ekstrim, dan penggunaan pestisida yang kurang bertanggungjawab sehingga mempengaruhi kualitas lahan
  2. Jumlah petani yang terus berkurang: masih minimnya regenerasi petani karena generasi muda lebih memilih atau diarahkan untuk bekerja di luar sektor pertanian, dan bertani belum dianggap sebagai bidang pekerjaan yang menjanjikan
  3. Lahan yang semakin terbatas: rata-rata luasan lahan baku sawah berkurang 650 ribu hektar per tahun (Kementan RI, 2020), hanya 31,5% atau 570.000 kilometer persegi lahan di Indonesia yang digunakan untuk pertanian (Bank Dunia, 2017), dan banyak petani yang memilih untuk menjual lahan mereka untuk dijadikan lahan pabrik atau perumahan karena dianggap lebih menguntungkan 

Bagaimana Ketahanan Pangan Indonesia di tengah pandemi?

Pandemi COVID-19 menghadirkan tantangan lain yang tak kalah pelik, yaitu menurunnya kesejahteraan petani sebagai pihak yang berperan besar untuk ikut menjaga ketahanan pangan nasional. Contohnya seperti paman saya tadi, petani kecil tidak memiliki akses terhadap pasar yang luas, sehingga hasil produksi pertaniannya hanya dijual seadanya di pasar lokal dengan harga yang murah. 

Tak hanya itu, permintaan bahan pangan juga menurun cukup drastis, antara lain karena banyaknya bisnis Hotel, Restoran, Katering (HOREKA) yang terpaksa tutup selama pandemi, belum lagi terbatasnya proses distribusi antarkota, antar pulau dan antar provinsi. 


Hernie Raharja,Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia, Tbk


Untuk melindungi kesejahteraan para petani, salah satu hal yang harus menjadi prioritas adalah memastikan kelancaran rantai distribusi pangan dari petani ke konsumen. Hal ini dapat terwujud melalui kolaborasi yang erat dari berbagai pihak. Melihat fakta ini, hingga tahun 2050 Unilever secara global berkomitmen untuk mentransformasi cara kita menanam, memproduksi, dan mengonsumsi makanan untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan yang terus bertambah. Guna mewujudkan komitmen ini, Unilever ingin berkontribusi terhadap sistem pangan yang lebih baik melalui dua hal penting, yaitu :

- Diversifikasi konsumsi makanan

Mengarahkan perubahan pola makan masyarakat menuju lebih banyak bahan pangan berbasis nabati

Memproduksi bahan makanan bergizi dan terjangkau yang memiliki cita rasa tinggi

Menawarkan bahan makanan yang terfortifikasi dengan zat gizi untuk mengatasi kesenjangan nutrisi yang mengkhawatirkan

Mempromosikan penggunaan bahan-bahan dari sumber yang berkelanjutan dan bekerja sama dengan seluruh pihak di seluruh value chain untuk mendorong keanekaragaman bahan pangan nabati

Memanfaatkan terobosan dalam hal sains dan teknologi dalam proses manufaktur dan inovasi guna memenuhi kebutuhan konsumen

- Diversifikasi produksi pangan

Unilever ingin membangun fondasi yang kuat untuk Praktek Pertanian Berkelanjutan, sehingga dapat mempersembahkan makanan yang sehat dari planet yang sehat pula ke seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia

Sebagai salah satu perwujudan komitmen terhadap diversifikasi produksi pangan, Bango produksi PT Unilever Indonesia, Tbk. ingin bertindak sebagai katalisator bagi upaya peningkatan ketahanan pangan melalui penerapan pertanian yang berkelanjutan sebagai suatu sistem yang secara komprehensif mengintegrasikan aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian

"Sejalan dengan hal tersebut, Bango memperkenalkan program ‘Bango Pangan Lestari’ sebagai payung besar dari keseluruhan inisiatifnya dalam mendorong pertanian yang berkelanjutan baik yang selama ini telah dijalankan maupun inisiatif lainnya di masa depan,” lanjut Hernie.

Bango Pangan Lestari

Unilever memiliki komitmen global sampai tahun 2050 untuk menjadi katalisator bagi upaya peningkatan ketahanan pangan dengan menciptakan sistem pangan yang lebih baik. Guna membantu terciptanya ketahanan pangan, program BANGO PANGAN LESTARI kembali mewujudkan komitmennya meningkatkan kesejahteraan petani melalui kolaborasi dengan dua platform e-commerce yang memasarkan hasil tani dari petani lokal, yakni SayurBox dan TaniHub Group untuk bersama-sama berkontribusi dalam upaya menjaga ketahanan pangan dalam situasi pandemi COVID-19 


Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Bango, SayurBox dan TaniHub mengajak masyarakat membeli hasil pangan langsung dari petani. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas petani Indonesia melalui berbagai pelatihan dalam mendorong pertanian yang berkelanjutan  baik yang selama ini telah dijalankan maupun inisiatif lainnya di masa depan, terdiri dari Pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan dan Penggalakkan regenerasi petani. 

Kolaborasi ini merupakan bentuk dukungan Bango terhadap program-program Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang turut menggiatkan pemasaran komoditas pertanian secara online. Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI yang juga hadir dalam diskusi online menanggapi, “Di tengah pentingnya kebutuhan konsumen akan bahan pangan berkualitas untuk mencukupi asupan gizi dan melindungi daya tahan tubuh selama pandemi, pemasaran secara online seperti yang digalakkan dalam kolaborasi Bango, Sayurbox dan TaniHub Group ini diharapkan akan mampu membuka akses jual beli yang lebih luas, terbuka, dan cepat – untuk keuntungan petani maupun masyarakat.” 

Agung Hendriadi juga memaparkan beberapa fakta-fakta yang terjadi di sektor pertanian Indonesia, termasuk bagaimana upaya pemerintah mendekatkan petani langsung kepada konsumen. 

Rusli Abdulah selaku Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 


Dari sisi kesejahteran petani, Rusli Abdulah selaku Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menjelaskan, “Pada masa pandemi, sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tidak terkontraksi pada kuartal II 2020, meski tidak sebesar pertumbuhan pada kuartal yang sama tahun lalu. Di balik fakta ini, secara umum kesejahteraan petani ternyata kian tergerus. Buktinya, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) gabungan – yaitu perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani – kian menurun. Di awal tahun NTP berada pada level 104,16; sementara di bulan Juli 2020 indeksnya tercatat turun menjadi 100,09. Kondisi ini tentunya membutuhkan perhatian kita semua.”


Antusiasme SayurBox dan TaniHub  dalam Program Bango Pangan Lestari

Melalui www.bango.co.id/bangopanganlestari Bango mengajak masyarakat untuk membeli bahan pangan dari petani Indonesia, salah satunya melalui platform digital Sayurbox dan TaniHub Group. Website ini akan menjadi penghubung bagi masyarakat yang ingin menunjukkan dukungan mereka terhadap jerih payah petani dan berkontribusi nyata untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Kerja sama ini diharapkan dapat lebih memudahkan masyarakat untuk mengakses hasil tani sekaligus meningkatkan permintaan hasil tani, salah satunya melalui platform e-commerce sebagai channel alternatif. 

Head of Communications Sayurbox, Oshin Hernis yang hadir dalam peluncuran online hari Selasa lalu menanggapi, “Senang sekali bahwa pihak industri seperti Unilever, dalam hal ini Bango, ikut memiliki komitmen untuk memperbaiki kesejahteraan petani. Berangkat dari persamaan visi dan misi kami, diharapkan kerjasama ini dapat lebih menyebarluaskan pentingnya membeli hasil pangan langsung dari petani, sehingga memberikan dampak yang semakin besar terhadap kesejahteraan mereka.”


Perwakilan Sayurbox dan TaniHub Grup


Oshin Hernis juga menyampaikan kabar baik buat masyarakat tentang hadiah voucher belanja yang bisa didapatkan dengan mengakses website tersebut. Makanya jangan ragu lagi untuk mengunduh aplikasi Sayurbox sekarang juga lewat Google Playstore di smartphone kamu. Bisa belanja bahan pangan lokal yang segar untuk #DukungPetaniIndonesia.

Sementara antusias lain juga datang dari Aria Alifie Nurfikry, Vice President of Marketing TaniHub Group. Beliau menerangkan, “Melalui kolaborasi ini, kami akan memperluas jaringan mitra petani yang melakukan transaksi dengan TaniHub maupun yang dibantu pendanaannya oleh TaniFund, sehingga lebih banyak petani di Indonesia yang terbantu kesejahteraannya. Bersama Bango, kami juga akan menggelar berbagai pelatihan kepada lebih dari 500 petani, mulai dari cara pembuatan pupuk organik cair hingga pelatihan analisis usaha tani guna meningkatkan kapasitas petani Indonesia dalam menerapkan sistem pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.” 

Nantinya, kolaborasi ini akan memperluas jaringan mitra petani sehingga lebih banyak petani di Indonesia yang terbantu kesejahteraannya. Beberapa bentuk pelatihan seperti pembuatan pupuk organik cair dan pelatihan literasi keuangan, juga akan digelar untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas petani Indonesia dalam menerapkan sistem pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan. Sukses untuk Bango Pagan Lestari



Mengenal Sinar UV-C : Pengertian, Manfaat dan Bahayanya


Pandemi COVID-19 telah melanda dunia selama enam bulan lamanya, masyarakat begitu waspada dan mawas diri untuk menjaga kesehatan mereka agar tidak terdampak pada virus ini. Berbagai cara pencegahan pun sudah diserukan pemerintah mulai dari menerapkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun, physical distancing, memakai masker dan hand sanitizer hingga proses desinfeksi. Namun sebenarnya, COVID-19 bukan satu-satunya penyakit menular yang disebabkan oleh mikro-organisme, masih ada penyakit menular lain yang harus kita waspadai seperti TBC dan Influenza. 

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa COVID-19 merupakan sebuah pandemi yang penularannya bisa terjadi dirumah, fasilitas umum, tempat kerja bahkan tempat rekreasi, karena itulah di negara kita beberapa tempat hiburan dan rekreasi sempat harus ditutup untuk sementara waktu demi mencegah penyebaran virus ini, sambil menunggu waktu yang tepat untuk dibuka kembali, di tempat-tempat ini pun akhirnya dilakukan proses desinfeksi. Apa sih desinfeksi itu?

Desinfeksi adalah proses menghilangkan sebagian besar atau semua mikroorganisme patogen kecuali spora bakteri yang terdapat di permukaan benda mati seperti pakaian, lantai dan dinding pada ruangan termasuk juga alat pelindung diri (APD). Desinfeksi memainkan peran penting dalam membantu mencegah penyebaran penyakit-penyakit ini.

Sinar Ultraviolet-C (UV-C) kini semakin banyak digunakan sebagai salah satu pilihan desinfeksi karena sinar UV-C memiliki kemampuan melawan mikro-organisme penyebab penyakit, sehingga bermanfaat untuk membantu mencegah penyebarannya. Lalu bagaimana cara pemanfaatan yang tepat terhadap teknologi UV-C ini?


Tentang Teknologi UV-C

Teknologi UV-C menjadi salah satu pilihan desinfeksi non-kimia yang efektif, yang tepat untuk diaplikasikan di berbagai tempat mulai dari rumah, perkantoran, sekolah, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, hotel, gym, hingga fasilitas transportasi umum, dan sebagainya.

Dengan paparan yang cukup, sinar UV-C dapat mendesinfeksi ruangan dan permukaan benda dari semua kuman, bakteri, dan virus, namun idealnya penggunaan UV-C tidak semerta-merta menghapuskan metode pembersihan ruangan lainnya, seperti membersihkan lantai, menyikat kamar mandi. Namun merupakan tanggungjawab kita semua untuk memastikan teknologi UV-C ini digunakan dengan benar dan aman agar tidak mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Karena sinar UV-C memancarkan radiasi yang dapat menimbulkan cedera pada mata dan kulit makhluk hidup.

Hari Selasa 25 Agustus 2020 lalu, Signify (Euronext: LIGHT), pemimpin dunia di bidang pencahayaan, menyelenggarakan diskusi virtual bertajuk: “Sinar UV-C: Kawan atau Lawan?" Untuk mengedukasi masyarakat tentang aspek keselamatan dalam pemanfaatan teknologi UV-C. Lewat aplikasi Zoom Online, saya dan teman-teman blogger langsung mendapat pencerahan tentang pemanfaatan teknologi UV-C yang aman untuk perlindungan masyarakat dari Mikroorganisme melalui paparan para pembicara  yang ahli di bidang kesehatan masyarakat, biomedical optics, hingga perlindungan konsumen, mereka adalah :

  • Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS, Pakar Kesehatan Masyarakat
  • Dr. rer. nat. Ir. Aulia Muhammad Taufiq Nasution M.Sc, Ahli Biomedical Optics
  • Tulus Abadi, Ketua Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI)




Diskusi virtual ini sengaja dibuat karena Signify peduli terhadap tingkat pemahaman masyarakat terkait kewaspadaan dan kehati-hatian saat memilih dan menggunakan produk UV-C. Hal ini disampaikan langsung oleh Rami Hajjar, Country Leader Signify Indonesia saat membuka acara diskusi virtual pada hari Selasa lalu.

Beliau juga menambahkan “Sesi diskusi virtual hari ini sangat penting untuk membantu konsumen dan masyarakat luas agar lebih memahami bagaimana pemanfaatan sinar UV-C bisa sangat efektif dalam melawan mikro-organisme, sekaligus membangun kesadaran terhadap pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dalam penggunaannya.” kata Rami

Signify adalah pemimpin dalam penyediaan lampu UV-C dan telah menjadi yang terdepan untuk teknologi UV selama lebih dari 35 tahun. Perusahaan memiliki rekam jejak yang terbukti dalam inovasi pencahayaan UV-C, yang dirancang, diproduksi, dan dipasang sesuai dengan standar keamanan yang tinggi. Belum lama ini, Laboratorium Nasional untuk Penyakit Infeksi Emerging (NEIDL) di Universitas Boston, Amerika Serikat, telah melakukan penelitian yang memvalidasi efektivitas lampu UV-C milik Signify dalam menonaktifkan SARS-COV-2, virus penyebab COVID-19

Meski teknologi UV-C membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit menular yang disebabkan mikro-organisme, tidak berarti mengeliminasi resiko tertular. Menggunakan lampu UV-C di rumah tidak mengurangi risiko pengguna terkena virus ketika berada di luar rumah atau tempat umum. Karenanya, penting bagi masyarakat untuk mencermati klaim produsen sambil tetap mengikuti

Pada kesempatan ini, Rami Hajjar juga memperkenalkan produk terbarunya yaitu Philips UV-C Disinfection Desk Lamp yang memiliki perlindungan keamanan terintegrasi seperti pengatur waktu, alarm suara, sensor gerak dengan radius 3 meter menggunakan teknologi gelombang mikro, dan kabel sepanjang 3 meter yang didesain untuk melindungi pengguna dari bahaya paparan berlebih. Fitur keselamatan lain yang unik pada produk ini adalah panduan suara yang akan aktif sebelum pengguna menyalakan lampu.

Produk UV-C Philips untuk konsumen dilengkapi dengan perangkat keselamatan yang layak dan dapat diandalkan, seperti: sensor gerak gelombang mikro, pengatur waktu dan alarm suara. Fitur-fitur keselamatan ini diperlukan karena produk UV-C tidak boleh dinyalakan ketika ada orang atau hewan di dalam ruangan. Produk UV-C harus dioperasikan di ruangan tertutup untuk meminimalisir resiko paparan. Tindakan keselamatan ini membantu pengguna menghindari paparan langsung terhadap mata dan kulit dari produk tanpa lapisan pelindung.

PASTIKAN selalu WASPADA tidak LEBAY jangan ABAI

Pembahasan pertama di buka oleh Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS., Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) yang menjelaskan bahwa, "Kasus terkonfirmasi COVID-19 saat ini hanya merupakan puncak dari gunung es dan hanya mewakili sekitar 66% sampai 73% dari jumlah kasus sesungguhnya. Meski saat ini COVID-19 menjadi fokus utama penanganan penyakit infeksi yang sedang berkembang (Emerging Infectious Diseases/EID) sesungguhnya masih banyak penyakit menular lainnya yang disebabkan oleh mikroorganisme dengan berbagai jenis seperti cacing, bakteri, jamur, virus dan Protozoa".

Tanpa kita sadari, ada jutaan, bahkan puluhan juta mikroorganisme yang ada di sekitar kita. Untuk bisa melawan dan mencegah berbagai penyakit yang masuk ke tubuh kita, Dr.Hermawan menyarankan kepada seluruh masyarakat untuk selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama di lingkungan sekitar karena lingkungan menyumbang variabel yang cukup besar dalam menentukan kesehatan seseorang.



Upaya lain yang tak kalah penting untuk mendukung pola hidup bersih dan sehat ini adalah dengan memanfaatkan rekayasa teknologi pencahayaan, yaitu teknologi UV-C. Sinar UV-C yang berasal dari matahari disaring oleh lapisan ozon sehingga tidak sampai ke permukaan Bumi. Dr. Hermawan menyebutkan teknologi UV-C ini sangat diperlukan di area-area publik seperti pusat perbelanjaan, hotel, kantor, sekolah, tempat ibadah, bandara, dan lainnya.

Bicara tentang sinar UV-C, seorang Ahli Biomedical Optics membuka paparan berikutnya, beliau adalah Dr. rer. nat. Ir. Aulia Nasution, M.Sc., Kepala Laboratorium Rekayasa Fotonika, Departemen Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang menyebutkan bahwa, sinar UV-C, yang berada dalam spektrum cahaya tak kasat mata, memiliki potensi untuk mengatasi penyebaran COVID-19. 

Dalam penjelasannya beliau menyampaikan “Ada yang disebut dengan interaksi antara cahaya dengan materi biologis. Pada saat cahaya masuk dan terhalang materi, cahaya tersebut akan menembus ke dalam materi tersebut, dan semakin ke dalam akan terjadi hamburan (scattering). Dalam perjalanannya menembus jaringan, bisa juga terjadi penyerapan cahaya. Di sini terjadi transfer energi dari cahaya ke dalam materi yang dilaluinya,” 



Namun, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan teknologi UV-C ini yaitu :

1. Agar efektif, penggunaan sinar UV-C ini harus dalam dosis paparan yang tepat yaitu dengan parameter dosis paparan (dosimetry) berdasarkan Daya sumber cahaya, Banyak cahaya (iradiansi yang diterima permukaan yang akan disinari), Jarak sumber cahaya dengan obyek penyinaran dan Lama penyinaran

2. Tidak diperbolehkan mengenai tubuhh manusia secara langsung karena jika terpapar langsung, sinar UV-C dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, menyebabkan iritasi kulit seperti ruam, sensasi terbakar, tumor, hingga memicu kanker, sementara pada mata bisa menyebabkan katarak.

3. Sinar UV-C secara umum bisa digunakan untuk mendesinfeksi udara dan permukaan dalam ruangan seperti dinding, lantai, meja kerja, dan benda.

4. Ruangan, permukaan maupun benda yang didesinfeksi dengan sinar UV-C juga dapat langsung digunakan setelah lampu UV-C dimatikan atau tidak beroperasi.


Sinar UV-C Dan Perlindungan Konsumen

Menanggapi makin banyaknya produk UV-C yang beredar di pasaran, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menyatakan apresiasinya terhadap segala bentuk upaya untuk mengendalikan wabah COVID-19. Namun, ia juga menyoroti pentingnya aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan konsumen.

“Kami mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan pengawasan produk sebelum diedarkan (pre-market control policy) seperti menetapkan standar atau sertifikasi bagi produk-produk UV-C, untuk memastikan bahwa produk yang beredar sudah memenuhi standar,” ujar Tulus. “Setelahnya diikuti dengan post-market control policy, yaitu melakukan pengawasan sehingga apabila ditemukan produk yang tidak sesuai, dapat melakukan penarikan (recall) produk dari pasar dan melakukan penegakan hukum.”



Tulus Abadi juga menegaskan akan tugas produsen dan pelaku usaha yaitu :

  • Mengedepankan itikad baik dalam berbisnis, mulai dari pembuatan produk hingga cara memasarkannya. 
  • Mematuhi regulasi yang ada, baik di tingkat Undang-Undang dan atau regulasi teknis, yaitu untuk membuat produk yang standar
  • Menyediakan berbagai akses kanal-kanal pengaduan sehingga mudah dijangkau oleh konsumen.

Sementara bagi konsumen diharapkan untuk :

  • Berhati-hati dan cerdas dalam membeli produk yang memiliki aspek keselamatan yang perlu diperhatikan, seperti teknologi UV-C ini
  • Sebelum membeli, hendaknya konsumen mencari informasi sebanyak mungkin dari sumber-sumber kredibel. 
  • Setelah membeli, cermati label dan petunjuk penggunaan serta instruksi keselamatan pada masing-masing produk.
Dari diskusi virtual tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi UV-C bisa menjadi kawan karena memiliki kemampuan melawan mikro-organisme jika digunakan sesuai dosis namun juga bisa menjadi lawan ketika penggunaanya tidak memperhatikan aspek keselamatan karena sinar UV-C memancarkan radiasi yang dapat menimbulkan cedera pada mata dan kulit makhluk hidup. Tetap bijak, waspada, tidak lebai dan jangan abai. Stay Safe and Healthy.

NIVEA Berbagi Kelembutan Creme Tin Untuk Para Tenaga Medis

Direktur Utama PT.Baiersdorf Indonesia, Holger Welters 

Pandemi COVID--19 belum juga berakhir, tenaga medis kita masih harus terus bekerja keras untuk merawat para pasien yang terdampak dengan sekuat tenaga, beberapa diantaranya bahkan gugur dalam tugasnya. Kondisi yang memprihatinkan ini masih berlangsung hingga peringatan Hari Ulang Tahun Republik yang ke-75 tahun yang jatuh tepat di bulan Agustus ini. Semua terasa berbeda, tak ada lagi keriaan seperti tahun-tahun sebelumnya karena Indonesia sedang berduka. Sedang berjuang melawan sebuah virus yang datang untuk melemahkan kita. 

Meskipun begitu, kita tidak boleh ikut lemah, semangat 45 akan tetap ada dalam diri masyarakat Indonesia untuk berjuang bersama para tenaga medis agar kita bisa Merdeka dari COVID-19, Caranya? Tentu saja dengan terus memberikan support kepada mereka agar tetap sehat, kuat dan tegar dalam menjalankan tugasnya di tengah pandemi ini. 

Tak hanya doa serta bantuan moril, seluruh masyarakat, instansi terkait bahkan para pemangku kepentingan bahu membahu menyalurkan bantuan mereka dalam bentuk perlengkapan medis mulai dari masker dan baju APD yang saat ini sangat diperlukan. Bahkan salah satu brand produk perawatan tubuh juga ikut memberi dukungan kepada tenaga medis agar kulit mereka tetap sehat selama bekerja.




NIVEA Creme Tin Untuk Tenaga Medis

Memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, NIVEA sebagai salah satu brand perawatan kulit terkemuka tergerak untuk menunjukkan penghargaannya terhadap tenaga medis yang telah berjuang sebagai garda terdepan dalam menangani COVID-19 dengan mendonasikan 20.000 produk NIVEA Creme Tin ukuran 150 ml kemasan khusus yang dirancang sebagai wujud apresiasi dan ungkapan terimakasih NIVEA kepada para pejuang masa kini.

Direktur Utama PT.Baiersdorf Indonesia, Holger Welters mengatakan, "Para tenaga medis terus mendedikasikan dirinya dengan bekerja sebaik mungkin sekalipun dalam situasi yang penuh dengan tekanan dan beresiko tinggi. Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, kami ngin berterimakasih terhadap para tenaga medis karena mereka adalah para pahlawan yang telah berkorban waktu, tenaga, pikiran dan jiwa raga untuk melayani masyarakat di masa krisis saat ini".



NIVEA Creme Tin merupakan pelembab ikonik NIVEA dengan kandungan Eucerit yang berfungsi melembabkan kulit serta dapat membantu mengatasi kulit kering akibat rutinitas penggunaan masker yang berkepanjangan dan penggunaan hand sanitizer. Dengan rutin menggunakannya, kesehatan kulit kita pun akan tetap terjaga.

Berbeda dengan kemasan yang ada dipasaran, produk NIVEA yang didonasikan adalah NIVEA Creame Tin kemasan khusus ukuran 150 ml, tentunya tidak dijual untuk umum karena di desain dan diproduksi secara khusus untuk para tenaga medis. Targetnya,  NIVEA Cream Tin ini akan didistribusikan kepada 20.112 tenaga medis yang bertugas di Rumah Sakit rujukan COVID-19 di wilayah Jakarta dan beberapa Rumah Sakit di Daerah. Semoga dengan adanya donasi ini, para tenaga medis tetap sehat dan semangat dalam memerangi COVID-19. 







Herba ASIMOR; Andalan Mama Menyusui (Mamsi) Agar MengASIhi Tetap Lancar

 


Hallo Mamsi (Mama Menyusui), siapa nih yang antusias merayakan Pekan ASI Sedunia yang dimulai pada tanggal 1-7 Agustus kemarin? toss dulu dong, buat para pejuang kASIh seperti saya, tentunya begitu gembira menyambut perayaan ini karena Breastfeeding Week menjadi pengingat para mama untuk memberikan hak kepada anak mereka yaitu Air Susu Ibu sebagai nutrisi terbaik bayi sejak ia dilahirkan, untuk itulah persiapan menyusui harus dimasukkan ke dalam persiapan persalinan selain mental, fisik dan perlengkapan persalinan yang lain. 

Sejak masa kehamilan memasuki usia 8 bulan kemarin, saya sudah mulai mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk persalinan termasuk persiapan menyusui karena suksesnya proses menyusui sebenarnya justru berawal pada persiapan sebelum persalinan, diikuti dengan proses inisiasi menyusu dini (IMD) segera setelah bayi lahir

IMD atau Inisiasi Menyusui Dini adalah proses memberikan ASI pada bayi tidak lebih dari 1 jam setelah melahirkan, bayi yang menyusu di 1 jam pertama kehidupan, biasanya akan menjadi bayi yang lebih kuat. Sayangnya tak sedikit ibu saat ini yang menganggap IMD bukanlah hal yang penting dan tidak melakukannya. Padahal tetes ASI pertama yang disebut dengan Kolostrum mengandung Antibodi, Sel imun, Vit A dan Mineral yang penting untuk tumbuh kembang si kecil.