Kampung Lali Gadget, Mengedukasi Anak Memberdayakan Masyarakat

Dok : KLG

Pembelajaran jarak jauh yang pernah terjadi pada masa pandemi menyisakan PR yang lumayan banyak untuk saya, sebab kedua anak saya yang dulunya tidak pernah bersinggungan dengan Gadget, mau tak mau akhirnya memegangnya, mengoperasikannya hingga kini sudah sangat piawai tanpa perlu saya ajarkan lagi, malah jika boleh jujur, mereka lebih pintar dari kita para orangtuanya, tetapi untungnya apa yang mereka tonton dan mereka kerjakan masih dalam batas yang wajar meskipun terkadang suka lupa waktu 

Yah yang namanya penyesalan memang selalu datang di akhir, banyak kata andai yang selalu muncul saat mengingat betapa menyebalkannya si gadget ini, selain dapat menyebabkan kecanduan, bermain gadget terlalu lama ternyata dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Bahkan bisa terkena Insomnia. Ingin sekali rasanya kembali seperti dulu, ketika anak-anak belum mengenal gadget, ketika mereka tidak sibuk dengan dunianya masing-masing, lebih banyak membaca buku dan bermain dengan teman sebayanya di tanah lapang.

Padahal bermain diluar rumah bersama teman sebaya memiliki banyak manfaat, selain melatih keterampilan sosial anak, proses tumbuh kembang pun akan berjalan dengan baik saat terjadi gerakan yang aktif. Bayangkan jika anak-anak terpapar gadget, sudah pasti akan malas bergerak sehingga menghambat proses tumbuh kembangnya, Jika generasi mudanya saja sudah malas bergerak, bagaimana nasib Indonesia nantinya? 

Dok : KLG

Latar Belakang Munculnya Kampung Lali Gadget

Berawal dari keresahan atas fenomena penggunaan gawai yang berlebihan di kalangan anak- anak. Achmad Irfandi, seorang pemuda yang berasal dari Dusun Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merasa perlu menggagas sesuatu sebagai antisipasi agar lingkungan tempat tinggalnya terhindar dari kecanduan gawai.Terutama anak-anak. Lalu kegiatan apa saja sih yang membuat pikiran anak-anak sehari-hari tidak hanya terfokus pada gawai, 

Tepat pada tanggal 1 April 2018, Achmad Irfandi mencetuskan ide untuk membuat sebuah program yang ia namai Kampung Lali Gadget (KLG). Dalam program itu Achmad berupaya mengangkat permainan tradisional untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai. Berbagai jenis permainan tradisional yang dikenal di Indonesia ia anggap punya nilai positif yang jauh lebih banyak ketimbang hanya menghabiskan waktu untuk memelototi gawai setiap hari

Tujuan mulia Irfandi agar generasi muda tidak kecanduan gawai akhirnya kesampean, sejak didirikannya, Kampung Lali Gadget (KLG) sudah menggelar berbagai macam kegiatan yang tak hanya bermanfaat bagi anak-anak namun juga masyarakat setempat. Contohnya saja kegiatan literasi pertama di desanya yang bertepatan dengan diresmikannya Kampung Lali Gadget, saat itu KLG bekerja sama dengan komunitas Darjoclub. 

DOK : KLG

Setelah sukses menggelar kegiatan literasi pertama, Pada 11 Mei 2018 kegiatan literasi kedua kembali digelar. Kali ini mengangkat tema dolanan tradisional untuk mengobati kecanduan gawai. Kegiatan ini mulanya digelar untuk anak-anak di Dusun Pagerngumbuk, lalu perlahan makin meluas dan mendatangkan anak-anak dari dusun lain.

Aktivitas yang digelar dalam program ini mengajarkan anak-anak seputar edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, serta permainan tradisional. Irfandi juga membangun gubuk baca di halaman depan rumahnya agar bisa dipakai anak-anak sebagai basecamp. Supaya terasa lebih seru dan memancing antusiasme anak-anak, kegiatan ini juga dilakukan dengan memanfaatkan sawah, sungai, serta sejumlah lahan perkebunan warga setempat. Bisa dibayangkan kan dengan beragam aktivitas ini anak-anak akan lebih banyak bermain di dunia nyata di lingkungan tinggal mereka sehari-hari.

Gebrakan Kampung Lali Gadget tak hanya berhenti sampai disitu, sepanjang tahun 2018-2019 KLG mengadakan kegiatan rutin setidaknya setiap dua bulan sekali. Irfandi melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah serta memanfaatkan jejaring komunitas yang berfokus pada anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan ini. Hingga saat ini, 60 persen peserta kegiatan ini adalah anak-anak dari Desa Pagerngumbuk.

Kampung Lali Gadget Membawa Banyak Perubahan 

Seperti cita-citanya diawal, Kampung Lali Gadget yang digagasnya tenyata berbuah positif , kehadirannya ternyata membawa manfaat yang cukup banyak, beberapa diantaranya adalah 

  1. Mendorong masyarakat Indonesia secara umum agar bijak menggunakan gawai
  2. Membentuk generasi emas yang tidak didikte teknologi, namun menguasai teknologi
  3. Bisa mewariskan budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda
  4. Meningkatkan budaya baca di masyarakat sekitarnya, terutama di kalangan anak- anak, mengurangi paparan hoaks yang hadir di media sosial. 
  5. Mengangkat potensi desa menjadi desa wisata/desa tematik edukatif serta membentuk kampung ramah anak.

Selain itu Irfandi juga menyampaikan materi pendidikan parenting bagi para orang tua. Dengan harapan orang tua juga turut teredukasi dan bisa mengambil peran untuk mengawasi anak mereka di rumah serta bisa menjadi orang tua yang menyenangkan. Ajak anak lebih mengenal berbagai jenis permainan tradisional yang dikenal di Indonesia yang tentunya punya nilai positif yang jauh lebih banyak ketimbang hanya menghabiskan waktu untuk memelototi gawai setiap hari.

Dok : KLG

Setiap harinya, selalu ada kegiatan edukasi di Kampung Lali Gadget, mulai dari permainan, pengenalan sistem desa, hingga kunjungan ke sawah. Pada tahun 2018, KLG berhasil mendatangkan 475 anak dalam berbagai kegiatan tersebut. Semua kegiatan dalam KLG digratiskan untuk warga desa setempat. Sedangkan anak yang berasal dari luar desa harus membayar Rp15.000. Dalam setiap kegiatan besar, minimum 150-200 anak yang hadir dari berbagai desa di Jawa Timur. Dengan adanya aktivitas rutin dan kunjungan berkala dari pendatang, masyarakat sekitar bisa diberdayakan sehingga bisa memperoleh penghasilan tambahan.

Siapa yang menyangka, jika secara bertahap, KLG juga melakukan pengenalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) desa dan menyediakan tempat berjualan untuk warga ketika ada kegiatan. Lambat-laun, kegiatan KLG bahkan mulai memicu munculnya kegiatan ekonomi lain. Misalnya, perajin di desa mulai membuat ikat kepala tradisional khas Sidoarjo, udeng pacul gowang, serta bermacam mainan tradisional untuk dijual. Orang tua di sekitar basecamp KLG juga turut dilibatkan dalam membuat ecobricks yang terbuat dari sampah plastik.

Dok : KLG

Luar biasanya lagi, keberadaan KLG di Dusun Pagerngumbuk sukses menginspirasi desa-desa lain untuk membuat program edukasi serupa. Hingga kini sudah ada empat desa yang melakukannya dan bekerja sama mengembangkan kegiatan tersebut. Saat ini Kampung Lali Gadget sudah mempunyai sebuah yayasan yang berbadan hukum agar pengelolaannya bisa lebih profesional dan terstruktur.

Setelah memperoleh kesuksesannya lewat program Kampung Lali Gadget, Irfandi berharap program KLG bisa terus berkembang dan memperoleh status sebagai desa wisata, yang menjadi alternatif wisata edukasi bagi orang tua yang ingin menyembuhkan kecanduan gawai pada anaknya. Ia juga berharap isu kecanduan gawai bisa diangkat secara nasional dan menjadi permasalahan bersama sehingga setiap orang akan terlibat untuk mengurangi dampak negatifnya.

Sesuai banget dengan namanya yaitu Kampung Lali Gadget, Lali dalam bahasa Jawa artinya lupa, semua program dan permainan yang ada di KLG betul-betul sukses membuat anak-anak melupakan Gadgetnya. Mereka yang datang berkunjung pastinya bakal mendapatkan pengalaman yang berkesan dan seru. Berhubung saya berada di Jakarta, mungkin ide-ide bermain dari KLG bisa saya terapkan pada anak-anak saya dirumah agar mereka "lali" Gadgetnya dan mencoba untuk mengenal lebih dekat permainan tradisional. 

9 komentar

  1. Seru banget semua kegiatan di kampung lali gadget ya kak.
    Mas irfandi keren banget bisa memunculkan ide agar anak-anak gak kecanduan hp terus dan punya kegiatan positif dengan bersosialisasi di kampung lali gadget.

    BalasHapus
  2. Kalau deket aja, udah bakal ngajakin anak-anak ke kampung lali gadget ini. Soalnya seru banget mengedukasi anak-anak untuk belajar tentang kearifan lokal kita.

    BalasHapus
  3. saya tahu tentang Kampung Lali Gadget ini dari Luna Maya yang pernah singgah ke kampung ini dan bermain lumpur seperti aktivitas Mudun Sawah. Saya yang lihat aja kepengen banget mudun sawah seperti masa kecil dulu, karena area persawahan saat ini bisa dibilang susah sekali kita temui di kota besar seperti Surabaya apalagi Jakarta. Semoga wisata ini bisa dikenal dan berkesinambungan.

    BalasHapus
  4. Keren banget, dengan kegiatan yang diadakan di kampung ini dijamin anak-anak terlihat dan sedikit mengurangi paparan gadget ya

    BalasHapus
  5. Jadi rindu masa-masa sebelum ada gadget ya, ka...
    Dulu setiap anak, orangtua, bisa kok hidup dengan alami menikmati waktu, mengerjakan berbagai macam aktivitas. Sekarang sejak ada gadget, jadi waktu terlalu cepat berlalu tanpa makna.

    Suka banget sama Kampung Lali Gadget.
    Bikin kita semua bahagia, fisik dan mental.

    BalasHapus
  6. Masa digital seprti skrang memang ada positif sma sedikit negatifnya ya mb dimna anak2 jadi kecanduan gadget maianya butuh permainan2 yang menarik supaya anak2 bisa teralihkan ikutan bermain juga kaya kita dulu dimasa kecil nih yang main sama2

    BalasHapus
  7. banyak permainan menarik yang bisa mengalihkan anak-anak dari gadget yaaaa.. itu permainan masa aku kecil dulu.. gadget baik untuk anak tapi jangan sampe anak melupakan dunianya

    BalasHapus
  8. Duh KLG ini luar biasa ya seru banget ajak anak kesana andaikan dekat tiap minggu bawa abang kesana hihi

    BalasHapus
  9. Ya ampun senang banget kalau ada kegiatan seperti ini. Anak2 benar-benar akan lupa dengan gadgetnya. Semoga tercipta di daerah kami mbak.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^