Danone-AQUA Jalankan Program Konservasi Air Berbasis Alam Di Sukabumi

Sebagai orang yang lahir dan besar di Indonesia, saya sangat bersyukur karena negeri saya banyak dilalui air sungai, laut dan danau yang airnya menjadi sumber kehidupan bagi mahluk hidup terutama manusia. 70% permukaan bumi terdiri dari air dan sebanyak 73% air digunakan untuk pertanian, sisanya dipakai untuk kebutuhan domestik pedesaan dan perkotaan, air juga sangat dibutuhkan dalam bidang industri. Kita tidak perlu khawatir kekurangan air karena sumber air bersih akan tetap ada jika manusia bisa menjaga kelestariannya. 

Bicara tentang sumber air, di kampung halaman saya di Jawa Tengah ada sebuah tempat yang selalu saya kunjungi setiap kali pulang kampung, tempat tersebut namanya Teleng, sumber air ini sangat diandalkan oleh warga sekitar untuk mencuci pakaian dan untuk pertanian, bahkan ada beberapa orang warga yang pernah mandi di pancuran ini. Air yang mengalir dari pancuran seolah-olah tidak pernah berhenti. Warga Desa Kalisalak pun sangat bersyukur dengan adanya sumber air ini karena siapapun bisa mengambil air secara gratis tanpa harus menimba. Bapak Kepala Desa juga mengingatkan kepada warga sekitar untuk tidak melakukan pencemaran terhadap air agar sumber air di Teleng tetap bersih.

Foto saya di sumber air Teleng


Selain polusi air, beberapa hal yang menyebabkan krisis air adalah bencana banjir dan kekeringan. Ditambah lagi penggundulan hutan dan air limbah yang masuk ke sungai sebanyak 80% mengakibatkan degradasi air di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan 2,1 miliar penduduk dunia tidak dapat menikmati air bersih. Di negara lain seperti Jepang, air menjadi pembatas ekonomi karena kita harus mengeluarkan uang untuk merasakan hujan atau jika ingin menampung air dalam wadah, penduduk disana harus membayar dalam satuan meter kubik. Termasuk para petani, mereka juga harus bayar ketika akan menggunakan air. Sedangkan di Indonesia, sumber air berlimpah, kita hanya diminta untuk menjaganya karena manusia berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam dan kebersihan air.


                               Karyanto Wibowo 
(Suistainable Development Director Danone Indonesia)

"Seseorang bisa hidup sekitar satu bulan tanpa makanan, tetapi hanya sekitar seminggu tanpa air"

Kalimat tersebut adalah salah satu fakta yang diungkapkan oleh Bapak Karyanto Wibowo, Suistainable Development Director Danone Indonesia pada acara Bincang Air dalam rangka merayakan Hari Air Sedunia di Learning Centre Pabrik AQUA, Sukabumi, Jawa Barat pada Hari Selasa tanggal 22 Maret 2018 lalu. Saya dan teman-teman blogger berkesempatan untuk berkunjung ke lokasi konservasi dan pabrik AQUA di Babakan Pari, Sukabumi. Kunjungan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk tetap menjaga sumber air agar tetap bersih.

Setiap tanggal 22 Maret 2018, Hari Air Sedunia diperingati untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya pelestarian air. United Nations Water (UN WATER) menetapkan tema Hari Air sedunia tahun ini adalah ''Alam Untuk Air'' atau ''Nature  For Water'' , dengan kampanyenya yaitu ''Solusinya ada di alam'' atau ''The Answer is in Nature" Topik ini bertujuan  meningkatkan pengetahuan kita bahwa alam memiliki solusi untuk menyelesaikan persoalan air.  Danone-AQUA produsen air minum dalam kemasan (AMDK) percaya bahwa solusi alamiah memiliki potensi untuk menyelesaikan banyak tantangan dalam pelestarian air. 



Salah satu upaya yang dilakukan Danone-AQUA adalah melalui konservasi air dengan memanfaatkan solusi ilmiah yang digabung dengan pembangunan infrastruktur dengan tujuan konservasi (grey infrastructure) seperti yang sudah dilakukan Danone-AQUA di daerah Mekarsari Sukabumi. Hal ini dilakukan oleh Danone-AQUA dengan bekerja sama dengan LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyakat) IPB Bogor dengan mengembangkan permodelan Soil Water Analysis Tools (SWAT) di hulu sub DAS Citatih, Mekarsari, Sukabumi

Menurut Bapak Karyanto Wibowo, SWAT atau yang juga dikenal sebagai piranti analisis air dan tanah ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya membangun strategi perencanaan konservasi yang efektif. dengan SWAT kami dapat melakukan penanaman pohon dan konservasi sipil tehnis yang tepat dan sesuai dengan kondisi lahan yang ada. Selain itu dengan adanya piranti ini  kami juga dapat menghitung dampak dari upaya praktik pengolahan lahan, seperti menghitung tingkat resapan air ke dalam tanah, pengendapan tanah hingga penggunaan kimia dari praktek pertanian. lebih jauh SWAT juga bermanfaat untuk memprediksi risiko timbulnya bencana alam. Selanjutnya Danone-AQUA menggunakan hasil rekomendasi dari SWAT ini untuk dijadikan salah satu landasan dalam membuat program konservasi air di area tersebut.

Konservasi yang dilakukan Danone-AQUA di wilayah Mekarsari dan Babakan Pari, Sukabumi diantaranya :

1. Penanaman 580.000 pohon yang tersebar di delapan desa yaitu Desa Pasawahan, Desa Tenjolaya, Desa Cisaat, Desa Kutajaya, Desa Jayabakti, Desa Tangkil, Desa Girijaya, Desa Cidahu

2. Pembuatan kolam resapan air (Water pond) dimana limpasan air dari kolam tersebut dimasukkan kedalam tanah melalui lubang resapan yang ada disekitar area kolam

Waterpond

3. Pembangunan Permanen Air Hujan (PAH) dengan memanfaatkan air hujan untuk pemenuhan air bersih di musholla, madrasah, sekolah, atau rumah warga yang tersebar di desa pesawahan, Desa Tenjolaya dan Cisaat.

Pemanen Air Hujan (PAH)
4. Pembuatan DAM Resapan Air yang berguna untuk menjaga memasukkan air ke dalam tanah.

5. Pembuatan 40 buah sumur resapan dengan kapasitas resapan sebesar 2200 m3 untuk setiap sumur resapan yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Pasawahan, Desa Tenjolaya, dan Desa Cisaat. Tujuan dari sumur resapan ini agar dapat bermanfaat untuk mengimbuh sumur masyarakat dan mengurangi genangan atau banjir serta membantu menyuburkan tanah.

Kubang View

Untuk melihat secara langsung program konservasi air yang telah dilakukan oleh Danone-AQUA saya dan teman-teman blogger akan berkunjung ketiga lokasi di sekitaran Sukabumi. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Kubang View dimana sumber mata air AQUA berada, bisa melihat langsung kubangan dengan debit air terbesar adalah sebuah kebahagiaan tersendiri buat saya, di tempat inilah saya mengetahui bahwa sumber mata air AQUA berasal dari air tanah dalam yang murni tanpa bahan apapun, kandungan mineralnya asli dari alam. Suasana disekitar kubang juga sejuk dan asri karena ditanami banyak pohon dan dibuatkan sebuah taman yang dinamakan Taman Kehati. Untuk menjaga kemurniannya, siapapun wajib mencuci tangan agar tetap steril saat memasuki Kubang. AQUA juga memastikan limbah yang dibuang ke sungai sudah dalam keadaan bersih


Foto bersama teman-teman blogger di Kubang
(Doc : Kurnia Amelia)
Saat di Learning Centre tadi, Bapak Karyanto juga menyebut Waterpond sebagai salah satu program konservasi air yang dibuat oleh Danone-AQUA. saya sempat penasaran banget dengan si Waterpond ini, seperti apa ya bentuknya? Selesai melihat Kubang kami kembali melakukan perjalanan ke Desa Pasawahan dimana terdapat sumur air biofori dan waterpond yang diresmikan pada tahun 2013 oleh Bupati Sukabumi. Dari penjelasan Bapak Dr.Ir.Nana M Arifjaya, MSi (Dosen dan Peneliti Fakultas Kehutanan IPB) pembuatan kolam Waterpond ini untuk meresapkan air kedalam tanah yang kemudian akan meningkatkan kelembaban tanah serta mengisi ulang sumur, sumur bor dan mata air yang dangkal.


Proses pembuatan sumur resapan

Kami juga melihat langsung bagaimana tehnik mengumpulkan dan menampung air hujan ke suatu tangki atau waduk alami yang dikenal dengan PAH (Pemanen Air Hujan). Salah satu PAH yang saya gunakan airnya ada di sebuah Musholla kecil di Desa Pasawahan. Saat ini PAH sudah terpasang di 7 Mesjid dan musholla, 1 sekolah dasar 2 di madrasah. Warga dan anak sekolah dapat merasakan manfaatnya

Tak berhenti sampai disitu, Danone - AQUA juga mengajak masyarakat untuk membuat sumur resapan inovatif yang dialokasikan untuk daerah yang disekitarnya ada sumur gali, misalnya di Desa Cisaat. Lokasi ketiga yang kami kunjungi pada hari itu. Sumur resapan di Desa Cisaat mulai dibuat sejak tahun 2017, dilengkapi dengan penakar hujan manual atau ombrometer

Pak Isak (Ketua RT), Pak Nana (Dosen IPB) dan Pak Arman serta rekannya dari Danone

Menurut cerita dari Pak Isak, salah satu ketua RT di Desa Cisaat, sebelum dibangun sumur resapan, sering terjadi erosi tanah sehingga terjadi pergeseran tanah dan merusak tanaman, warga juga harus menggali kedalaman sumur kurang lebih 8-9 meter untuk medapatkan air bersih tetapi sekarang dengan adanya sumur resapan inovatif  yang memiliki kedalaman 2,5 meter saja air bersih sudah bisa dinikmati. Saat ini sudah ada 10 titik sumur resapan yang dibuat di Desa Cisaat dari 40 titik yang telah dibuat oleh Danone - AQUA.

Ombrometer

Beberapa manfaat sumur resapan bagi warga sekitar adalah :

1. Mengimbuh sumur warga sehingga akses terhadap air bersih tercukupi
2. Pembuatannya menyerap tenaga kerja

Yang harus kita ingat adalah manfaat besar dengan menjaga ekosistem/  merestorasi adalah kita bisa menciptakan lapangan kerja, misalnya membuat tempat wisata, atau memanfaatkan lahan untuk pertanian yang langsung bisa dipasarkan hasilnya. Selain itu dengan menjaga keseimbangan ekosistem kehidupan di muka akan berjalan dengan baik. Jangan tunggu esok, lakukan sekarang juga!

3 komentar

  1. Lengkap ya konservasi yang dilakukan Danone-Aqua

    BalasHapus
  2. Seru .... saya tertarik sama PAH nya.

    BalasHapus
  3. Tugas kita juga menjaga kelestarian air. Sumber utama kehidupan masyarkat. Minimal bisa punya PAH di rumah ya.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^