Sejak menikah dan memiliki dua orang anak, saya jarang sekali punya waktu berdua dengan bapak, karena setelah bapak pensiun dari sebuah maskapai penerbangan, beliau langsung mendapat pekerjaan lagi di kantor instansi pemerintahan, pekerjaan baru bapak membawa warna baru dalam hidupnya, kami pun ikut terbawa suasana bahagia. Setidaknya aktifitas barunya ini menjadi ajang refreshing dan menambah pengalaman baru di usianya yang tidak muda lagi. Bapak baru bisa kami temui saat weekend, itupun kadang hanya di Hari Minggu karena di Hari Sabtu terkadang masih ada kegiatan di kantornya.
Akibat kesibukannya, terkadang bapak lupa mengkonsumsi air sebanyak 2 liter perhari bahkan acara buang air kecil pun sering tertunda sampai benar-benar kebelet. Ditambah lagi kondisi jalanan di Jakarta saat pagi dan sore hari yang macet sehingga bapak harus menahan pipis hingga tiba di tujuan. Sekarang usia bapak genap 63 tahun dan selama hidupnya Allah SWT selalu memberikan nikmat sehat tanpa gangguan penyakit berbahaya, kalau hanya pilek, batuk dan diare mungkin pernah tetapi siapa yang menyangka di usia tuanya Allah memberikan cobaan yang begitu berat melalui sebuah penyakit.
Gejala awal yang dikeluhkan oleh bapak mirip dengan anyang-anyangan, rasanya ingin buang air kecil tetapi yang keluar hanya satu atau dua tetes dan terasa perih saat buang air, setelah konsultasi sana-sini termasuk para tetangga akhirnya saya membeli obat di apotik tanpa berobat ke dokter tetapi dari hari kehari urine bapak pun berwarna merah darah, obat yang saya beli tidak bereaksi. Sebagai seorang anak perempuan pertama yang sangat diandalkan bapak, akhirnya saya berinisiatif untuk membawa bapak ke pengobatan tradisional, kalau diingat-ingat sudah 5x berobat belum juga ada hasilnya. Akhirnya setelah berbincang dengan mama, adik dan suami saya memiliki keputusan terakhir untuk memilih jalur medis. Menemui dokter Spesialis Urologi dengan berbekal kartu BPJS ke sebuah RSUD.
Melihat keadaan bapak seperti ini saya siap memberikan semua waktu saya untuk menemani bapak berjuang melawan penyakitnya, berhubung ibu saya sedang sakit dan adik saya seorang karyawan yang tidak bisa ijin terlalu sering akhirnya saya pun menjadi satu-satunya orang yang diandalkan bapak untuk menemaninya ke Rumah Sakit. Berobat dengan kartu BPJS menjadi pengalaman tersendiri buat saya karena prosedur yang rumit dan harus siap menunggu antrian.
Setelah menunggu antrian sekitar 2 jam akhirnya saya berhasil mengajak bapak menemui dokter Bedah Urologi dan beliau langsung melakukan USG (Ultrasonografi), dokter tersebut menyampaikan sebuah kabar yang tidak enak didengar, benjolan yang ada di saluran kemih bapak divonis sebagai tumor, untuk melihat ganas atau jinaknya dokter harus mengambil sampelnya melalui teropong dengan proses operasi. Kaget juga sih waktu dengar kata operasi, tapi bapak tetaplah lelaki tegar yang kuat menghadapi apapun.
Hari Senin 5 Maret 2018 pagi-pagi sekali kami sudah berangkat menuju RSUD Bekasi untuk menindaklanjuti hasil USG bapak, jarak Cibubur - Bekasi terasa tak berarti saat tiba di halaman RS, tetapi alangkah terkejutnya kami saat kesulitan mencari tempat parkir mobil dan melihat antrian manusia dengan segala penyakit di rumah sakit ini. Ratusan orang berjuang untuk tetap sehat dengan mengandalkan BPJS, mereka rela menunggu lama merasakan sakit hanya karena dokter yang terlambat datang atau status rekam medis yang belum ada di poli. Tepat pukul 07.30 saya tiba di depan klinik Urologi dan dokter baru masuk ruangan sekitar pukul 09.30. Nama bapak dipanggil sekitar jam 11 siang.
Hari Senin 5 Maret 2018 pagi-pagi sekali kami sudah berangkat menuju RSUD Bekasi untuk menindaklanjuti hasil USG bapak, jarak Cibubur - Bekasi terasa tak berarti saat tiba di halaman RS, tetapi alangkah terkejutnya kami saat kesulitan mencari tempat parkir mobil dan melihat antrian manusia dengan segala penyakit di rumah sakit ini. Ratusan orang berjuang untuk tetap sehat dengan mengandalkan BPJS, mereka rela menunggu lama merasakan sakit hanya karena dokter yang terlambat datang atau status rekam medis yang belum ada di poli. Tepat pukul 07.30 saya tiba di depan klinik Urologi dan dokter baru masuk ruangan sekitar pukul 09.30. Nama bapak dipanggil sekitar jam 11 siang.
Dan operasipun berlangsung, saya mengantar bapak dengan kursi roda menuju ruang operasi seorang diri karena mama dan adik saya akan datang pada sore harinya, jujur ini kali pertama saya menginjakkan kaki di ruang operasi dan mengantar orang tua saya sendiri. Bukan hanya rasa khawatir tetapi saya bisa melihat ketegangan di wajah bapak ketika memasuki lantai 5 ruangan operasi. Sesaat itu juga stress pun melanda saya, apalagi saat itu saya sedang haid hari pertama, pinggang dan perut terasa nyeri dan kram, darah haid mengalir dengan derasnya.
Akhirnya dengan penuh rasa percaya diri saya berusaha menguatkan bapak, mengajaknya berdoa dan memanjatkan permohonan kepada Allah SWT agar memberi kemudahan dan kelancaran hari ini. Dua jam menunggu sayapun akhirnya bisa bertemu dengan bapak yang terbaring lemah di tempat tidur dan mengikuti perawat yang membawa beliau ke ruang rawat inap. Saya juga merawat dan menjaga bapak di Rumah Sakit selama 3 hari 2 malam seorang diri, mengganti infus dan membuang urine lewat kateter setiap 30 menit sekali karena tenaga medis menyerahkan semua tugas kepada penjaga pasien, menuntun bapak ke kamar mandi, mengajarkan bapak tayamun karena dia ingin tetap menjalankan sholat 5 waktu.
Bapak kembali ke Rumah setelah 5 hari di Rumah Sakit, kami sekeluarga sangat bersuka cita menyambut kehadiran bapak dirumah, apalagi kedua putri saya yang selama ini saya tinggalkan dirumah bersama suami tercinta, langsung memeluk saya dan eyang kungnya. Perjuangan kami pun tidak selesai sampai disitu, dokter memberikan hasil operasi yang benar-benar membuat kami bertambah shock, benjolan yang ada di kandung kemih bapak dinyatakan sebagai TUMOR BULI stadium tinggi, tumornya sudah menyebar ke buli-buli saluran kemih dan solusi untuk penyakit ini adalah pengangkatan organ saluran kemih dan mengganti saluran kencing melalui usus. Astagfirullah...membayangkannya saja kami sudah tak mampu.
Untuk meyakinkan ini sebuah mimpi atau kenyataan, saya mengajak bapak menemui dokter bedah Urologi di 2 (dua) Rumah Sakit Besar di Jakarta, solusi yang diberikan tetap sama, sayapun tidak putus asa dan berusaha agar bapak sembuh tanpa operasi pengangkatan organ dengan membawanya terapi imun, meskipun saya masih menemani bapak ke RS untuk bertemu 5 orang dokter yang harus memeriksa bapak sebelum operasi besar tersebut dilakukan. Biasanya sehabis santap sahur saya dan bapak berangkat ke RS untuk mengejar nomor antrian. saya pun rela tidur di kursi RS untuk sekedar melepas lelah dan ngantuk karena seharian berada di RS
Bulan July ini bapak akan mendapatkan jadwal operasinya, beliau pun meminta saya untuk mengantarkannya mudik ke kampung halaman untuk berlebaran dengan keluarga besarnya sebelum operasi berlangsung, sekedar bersilaturahmi dan meminta doa restu dari keluarga dengan harapan semoga doa-doa mereka dikabulkan oleh Allah SWT. selama di kampung halaman kemarin bapak terlihat sangat bahagia, seperti melupakan sejekan beban terberat yang akan dijalani di bulan depan. Sebagai seorang anak, saya tidak bisa memberikan banyak untuk bapak, hanya doa, perhatian dan kasih sayang serta cinta yang tulus yang bisa saya berikan.
Terus berjuang pak, percayalah Allah SWT tidak pernah tidur dan dia maha pengasih lagi maha penyayang. Terimakasih saya ucapkan untuk suami tercinta yang selalu siap menjaga anak-anak saat saya sedang menjaga bapak