Kupas Tuntas Mitos & Fakta Penyakit Kusta di Hari Radio Nasional


Setahun yang lalu saya pernah berkesempatan untuk memasuki ruang siaran sebuah radio untuk on air dalam satu program yang membahas komunitas, bersama kedua orang teman lainnya kami ngobrol asyik tentang visi misi komunitas yang kami ikuti dengan sang penyiar.

Momen tersebut tentunya menjadi momen yang tak terlupakan sekaligus berkesan, apalagi feedback yang kami dapatkan setelahnya langsung terlihat hasilnya, komunitas kami menjadi lebih dikenal masyarakat lewat siaran radio tersebut. Pengalaman itu pun akhirnya membuktikan bahwa perkembangan informasi menjadi semakin cepat di era digital berkat kemajuan teknologi.

Siaran radio yang dulunya hanya bisa didengarkan kini bisa kita tonton juga lewat Instagram Live, Podcast atau Channel Youtube. Luar biasa bukan? Kemajuan teknologi inilah yang harus dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait untuk menyebarkan informasi baik berita terkini maupun informasi penting lainnya yang dibutuhkan masyarakat, misalnya literasi kesehatan.

Sudah selayaknya masyarakat pun memiliki tingkat literasi informasi yang semakin baik pula, salah satunya adalah literasi kesehatan yang menjadi tantangan besar semakin maraknya informasi tidak valid atau hoax. Yang saat ini sering beredar salah satunya adalah tentang penyakit kusta.

Kusta disebut sebagai penyakit kutukan, tidak bisa disembuhkan dan perlu dijauhkan. Orang yang terdiagnosa kusta maupun penyandang disabilitas akibat kusta seringkali mendapatkan stigma dan perlakuan diskriminatif dari masyarakat karena kurangnya informasi yang beredar.


Untuk mengedukasi masyarakat tentang Penyakit Kusta, Ruang Publik KBR kembali digelar tepat di perayaan Hari Radio Nasional yang jatuh setiap tanggal 11 Sept (2 hari lalu). Kali ini KBR bekerjasama dengan NLR dalam meningkatkan akses publik terhadap informasi dan pengetahuan tentang kusta dan disabilitas. Tema yang dipilih kali ini adalah "Gaung Kusta di Udara". Dengan menghadirkan 2 orang narasumber yaitu : 

• dr. Febrina Sugianto- Junior Technical Advisor NLR Indonesia

• Malika - Manager Program & Podcast KBR

Dipandu oleh penyiar handsome KBR yaitu mas Rizal yang memberikan banyak pertanyaan berbobot kepada kedua narasumber hingga munculah jawaban dan penjelasan yang membuat kami yang mendengarnya semakin paham dan setuju bahwa stigma tentang kusta memang harus diruntuhkan.  Apa saja sih yang dibahas pada Ruang Publik KBR di Senin pagi itu?

Peran Penting Radio Untuk Meningkatkan Literasi Kesehatan

Sebagai radio yang menyediakan konten berita, sejauh mana perhatian KBR terhadap isu marjinal seperti kusta dan disabilitas? Kali ini Mba Malika selaku Manager Program & Podcast KBR menyampaikan bahwa Komunitas marjinal adalah orang-orang yg mengalami hambatan dari beberapa sisi dan sering diabaikan, dikucilkan termasuk diskriminasi pada pasien kusta.

Peran KBR disini adalah sebagai corong sekaligus media untuk menyebarkan informasi kepada ribuan pendengar setianya dengan berkolaborasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kusta, salah satunya dengan NLR

Mba Malika menambahkan bahwa strategi KBR untuk mengangkat konten seputar disabilitas termasuk kusta di dalamnya dimulai dari membahas hoax, situasi terkini, hingga briefing penyiar dan sharing dengan NLR agar tetap berada dalam koridor yg bener untuk meruntuhkan stigma.

Konten yang dikemas biasanya dalam bentuk Podcast, talkshow via Live Streaming dan berbagai bentuk lomba yang bisa diikuti oleh masyarakat umum untuk membantu menyebarkan informasi yang sedang diangkat. Bersama NLR, dibuatlah sebuah tema yang dikenal dengan Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA) 

Dengan adanya kolaborasi  ini, Mba Malika berharap informasi penting lebih cepat disebarkan sehingga tidak ada lagi diskriminasi untuk komunitas marjinal. 

Mitos & Fakta Seputar Penyakit Kusta

Penyakit Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri basilus, Mycobacterium leprae (M. leprae). Bakteri M. leprae sendiri berkembang biak dengan sangat lambat dan periode inkubasi penyakit diperkirakan sekitar 5 tahun.

Di Indonesia, ada dua jenis penyakit lepra yang umum ditemukan, di antaranya:

  1. Pausi basiler (PB). Penyakit lepra jenis ini ditandai dengan kemunculan sekitar 1-5 bercak putih di kulit. Bercak putih yang muncul tampak mirip sekali dengan panu.
  2. Multi basiler (MB). Gejala yang paling terlihat dari kondisi ini adalah munculnya bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit yang mirip dengan kadas. Bercak kemerahan ini bisa muncul dan menyebar lebih dari lima buah.

Dari data yang disebutkan oleh dr.Febrina dalam Ruang Publik KBR, pada tahun 2020 kondisi penyakit Kusta di Indonesia angkanya sudah mulai menurun yang tadinya ada 17ribu kasus pada tahun 2019 kini menjadi 16ribu kasus. "Penurunan ini tentunya menjadi kabar baik namun bisa juga menjadi kabar buruk karena screening yang dilakukan tidak rutin sejak ada keterbatasan tatap muka" ujar dr Febri.

Kabar baik lainnya adalah sebanyak 26 provinsi di Indonesia telah mencapai eliminasi kusta, sisanya yaitu 8 (delapan) provinsi diluar Pulau Jawa yaitu Sulawesi, Maluku, Papua dan Gorontalo masih belum tereliminasi. 

Kondisi tersebut disebabkan karena kondisi sosiademografi, kurangnya akses ke lokasi hingga stigma pasien yang tidak mau berobat karena dikucilkan oleh masyarakat. Penyakit kusta sulit ditangani karena adanya stigma buruk terhadap kusta. 

Apa saja hoax/mitos yang sering beredar terkait kusta, dan seperti apa dampaknya bagi pasien kusta atau OYPMK  (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta)? Ada 4 mitos yang sangat buruk bagi OYPMK yaitu :

1. Penyakit kusta adalah kutukan dari Tuhan karena dosa di masa lalu

2. Mudah menular dengan hanya bersentuhan

3. Disebabkan karena kurangnya menjaga kebersihan

4. Penyakit kusta tidak bisa disembuhkan

Padahal faktanya adalah penyakit kusta bisa sembuh total jika penderitanya mendapatkan pengobatan yang tepat. Pasien juga bisa menjalankan kembali kehidupan normalnya, seperti bekerja, bersekolah, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya. 

Guna mengatasi penyakit kusta, dokter biasanya akan melakukan terapi obat kombinasi atau multi-drug therapy (MDT). Pengobatan ini umumnya dilakukan dalam kurun waktu enam bulan hingga 1 – 2 tahun tergantung jenis lepra dan keparahannya. Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam penanganan kusta, terutama untuk mengubah stigma yang sudah tertanam. 

Saat ini NLR dan KBR sedang mengadakan kontes foto dan video Instagram di Reels juga lho, tentunya seputar penyakit kusta, hadiahnya banyak banget, yuk ikutan! Cek info lengkapnya di akun sosial media KBR ya guys! 





.


7 komentar

  1. Tidak hanya peranan radio saja tapi semua pihak untuk menyebarkan informasi fakta tentang kusta.. Sehingga terwujudnya eliminasi eliminasi kusta

    BalasHapus
  2. Terkadang sedih banget lihat diskriminasi dengan disabilitas dan OYPMK, salut dengan KBR dan NLR masih memperhatikan OYPMK dengan memberikan informasi dan sosialisai mengenai penyakit dan penderita kusta

    BalasHapus
  3. Seru sekali ya live streaming kusta kemarin. Materinya daging bgt deh. Mudah2an masyarakat bisa teredukasi dgn baik soal kusta ini

    BalasHapus
  4. Penyakit kusta memang sering di jadikan penyakit yang menyeramkan di masyarakat, padahal dengan pengobatan yang teratur dan rutin, kusta juga bisa di sembuhkan..

    BalasHapus
  5. Indonesia peringkat ke 3 kusta, namun saat ini sudah ada penurunan, terbukti tahun 2019 mencapai 17 ribu jiwa, turun menjadi 16 ribu di tahun 2021 jiwa, ini terbukti kerja keras NLR dan kbr serta para blogger yg telah memberikan apresiasi nya dengan berbagai macam cara. Yuk mulai dari sekarang hilangkan stigma bahwa kusta adalah penyakit kutukan

    BalasHapus
  6. Walau sudah menurun, tetap harus upayanya agar negeri kita bebas kusta. Bisa yuk optimis, dengan saling dukung satu sama lain dan edukasi

    BalasHapus
  7. Di kota mungkin banyak masyarakat yg sudah sadar tentang penyakit kusta, tapi di pedalaman kayaknya stigma negatif masih ada ya. Semoga makin banyak masyarakat yg sadar kalau kusta bukan semacam kutukan dan penderitanya bisa dapat pengobatan dengan cepat

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^