Pentingnya Edukasi dan Literasi Gizi Keluarga di Lingkungan PAUD

Memasuki minggu ketiga Ramadan, anak-anak masih belum bosan minta dibuatkan es buah untuk berbuka puasa dirumah, ditemani dengan arem-arem dan kue pancong mereka terlihat begitu lahap saat menyantapnya. Di satu sisi saya merasa senang karena anak-anak tidak meminta makanan yang digoreng untuk menu berbuka puasa namun di sisi lain saya sebenarnya sangat prihatin jika mereka terus-menerus mengkonsumi minuman manis seperti es buah tersebut. Apa yang bakal terjadi nantinya?

Es buah berasal dari buah yang dipotong dadu lalu dipermanis dengan air gula, kental manis ataupun sirop buah yang mengandung pemanis buatan. Membayangkan isinya saja sepertinya saya langsung merinding karena jumlah kalori dan gula yang ada di dalamnya pasti sangat tinggi meskipun ada peran buah didalamnya,

Sebenarnya mengkonsumsi es buah atau makanan apapun boleh-boleh saja asalkan tetap memperhatikan kandungan gizi yang ada dalam setiap makanan tersebut, contohnya kental manis yang masih banyak dianggap sebagai susu padahal kental manis bukan susu, saya pun baru tercerahkan ketika hadir dalam sebuah webinar kesehatan sekaligus edukasi gizi yang digelar oleh YAICI – PP Aisyiyah Majelis Dikdasmen pada hari Senin 18 April 2020 lalu.

Tema yang diangkat kali ini adalah "Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga". Webinar edukasi gizi yang digelar pada pagi hari tersebut merupakan kolaborasi perdana  antara YAICI dan Dikdasmen, menghadirkan 4 (empat) orang narasumber yang berkompeten di bidangnya dan siap bersinergi bersama untuk menuju Generasi Emas 2024 mendatang. Mereka adalah :

1. Arif Hidayat, SE.,MM., Ketua Harian YAICI 

2. Prof.Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag., Ketua PPA 

3. dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K)

4. Prof.Dr.Ir. Netty Herawati.,M.Si., Ahli Gizi & Praktisi Pendidikan PAUD 

Cegah Stunting Sejak Dini 

Sesuai dengan tema Webinar edukasi gizi kali ini yaitu "Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga". Hampir separuh tamu undangan yang hadir adalah guru-guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) karena mereka merupakan salah satu harapan untuk  memberikan edukasi dan literasi gizi tentang fakta bahwa Kental Manis Bukan Susu untuk anak. 

Paparan pertama yang disampaikan oleh Arif Hidayat, SE.,MM., Ketua Harian YAICI membuka mata hati kita bahwa selain stunting, Indonesia masih memikul beban ganda masalah gizi yaitu penduduk Indonesia masih banyak yang kekurangan gizi mikro, makro dan gizi lebih. Berdasarkan data Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevelansi, balita stunting sebanyak 24,4%, underwight 17% dan wating 7,1%. Hal ini tentunya menjadi sebuah kendala yang  harus segera diatasi untuk menuju program Generasi Emas Indonesia 2045

Salah satu kendala yang harus kita cegah adalah masalah gagal tumbuh dimana seorang anak memiliki berat badan dibawah rata-rata grafik pertumbuhan anak sesuai usianya, penyebabnya adalah anak tersebut tidak mendapatkan nutrisi yang tepat dan jika nutris tidak diperbaiki akan menyebabkan stunting dan microcephaly (ukuran kepala bayi lebih kecil karena perkembangan otak tidak normal).

Lalu bagaimana cara mencegah gagal tumbuh pada anak? Arif Hidayat, SE.,MM menambahkan "Caranya adalah dengan memenuhi kebutuhan mikronutrien anak seperti kalium, fosfor dan seng juga Asam amino essential yang bisa didapatkan  dari protein hewani  seperti daging, ikan, telur, susu dan turunannya kecuali Susu Kental Manis, tidak disarankan untuk dijadikan minuman anak karena kental manis bukan susu.

Asupan makanan yang tidak sesuai kandungan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan kognitif dan fisik anak terganggu. Hal ini menjadi penyebab umum permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia. Akibatnya, permasalahan gizi kronis pada balita tak pernah putus. Selalu bermunculan kasus-kasus baru yang berkaitan dengan anak kurang gizi hingga stunting.

Mengacu pada data di atas, maka dapat dikatakan permasalahan gizi seharusnya menjadi prioritas. Jika kondisi ini tidak segera ditangani bersama, maka juga akan dapat berdampak buruk bagi negara, hingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun, atau sekitar Rp 400 triliun rupiah per tahun.

Lalu apa yang sebaiknya harus kita lakukan? Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan Generasi Emas 2024, berikut kesimpulannya : 

1. Literasi Gizi di lingkungan PAUD

Bicara tentang arti Literasi Gizi, Prof.Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag., Ketua PPA menyampaikan bahwa literasi gizi adalah upaya untuk meningkatkan pemahaman guru tentang dan bagaimana dapat berbuat untuk meningkatkan kualitas gizi anak didik. Hal ini termasuk keseimbangan makanan yang dikonsumsi baik dari aspek kualitas mapun kuantitas.

Literasi gizi penting dilakukan terhadap anak sedini mungkin di lingkungan PAUD meskipun keluarga merupakan ujung tombak perbaikan gizi anak. Namun faktanya, tingkat literasi gizi keluarga di Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu elemen yang dapat menjembatani antara orang tua dan anak. PAUD sebagai lingkungan terdekat kedua bagi anak selain rumah, dapat menjadi tempat yang tepat untuk menanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi kepada anak.

Guru yang cerdas berbagai literasi khususnya literasi gizi akan dapat menciptakan pendidikan PAUD yang dengan sendirinya dapat mendukung tumbuh kembang anak. Karena tumbuh kembang anak berawal dari rumh, dilanjutkan di sekolah dan sebaliknya, jadi antara orangtua dan guru harus saling interaksi


2. Edukasi Gizi dan Kesehatan

Cut Hafifah seorang dokter spesialis anak sebagai narasumber ketiga menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan kementerian Pendidikan Tahun 2018, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dimulai sejak baru lahir hingga usia anak 6 tahun. Terbagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu usia bayi, balita dan kelompok bermain dimana usia bayi dan balita masuk ke periode 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Pertumbuhan dan perkembangan otak pesat terjadi pada 1000 HPK untuk itu pemberia nutrisi yang tepat adalah modal penting untuk tumbuh kembang anak selain stimulasi. Nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan berdampak jangka pendek dan juga jangka panjang  terutama pada perkembangan otak.

Malnutrisi atau nutrisi buruk pada anak bisa didiagnosis dalam 3 hal yaitu gizi kurang (wasted), Pendek (Stanted), Berat Badan Kurang (Underweight). Selain itu akibat dari kekurangan asupan gizi yang baik dapat menimbulkan penyakit degeneratif pada anak seperti Diabetes, Obesitas, Penyakit jantung, Hipertensi/stroke, Kanker dan Demensia.

Pada umumnya, orang tua memberikan asupan makanan bagi anak berdasarkan pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan di masyarakat. Selain itu, iklan dan promosi produk pangan yang menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari baik di televisi maupun melalui sosial media turut mempengaruhi pola konsumsi anak

Seperti halnya yang terjadi pada susu kental manis. Cara produk susu ini beriklan dan berpromosi selama bertahun-tahun telah mengakibatkan kesalahan persepsi masyarakat. Akibatnya, tidak sedikit anak, balita bahkan bayi yang mengalami gangguan gizi akibat mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu. Padahal kental manis bukan susu.


3. Kolaborasi 

Kolaborasi seluruh pihak dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gizi anak sangat penting, PAUD sebagai lingkungan terdekat kedua bagi anak selain rumah, dapat menjadi tempat yang tepat untuk menanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi kepada anak.

Dengan memberikan pembekalan dan edukasi gizi kepada guru PAUD, diharapkan dapat menjembatani kebutuhan orang tua akan informasi dan sekaligus menerapkan pembiasaan konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak. Semoga dengan berkolaborasi, impian untuk menciptakan generasi emas segera terwujud.

4. Pahami Informasi Gizi

Informasi gizi akhir-akhir ini sebenarnya mudah di dapatkan via Internet namun faktanya literasi gizi di masyarakat kita masih sangat rendah, contohnya pada produk kental manis yang sejak tahun 2018 sudah menjadi polemik, bahkan Badan POM sudah memberikan pernyataan Pers terkait susu kental manis bukanlah produk pengganti susu namun hanya sebagai topping atau bahan tambahan dalam makanan.

Mengapa susu kental manis tidak boleh dijadikan minuman susu untuk anak? karena setiap 100gram susu kental manis sama dengan 5x jumlah kalori susu murni atau 11x jumlah karbohidrat susu murni. Susu kental manis juga mengandung 45% sukrosa (50% glukosa & 50% fruktosa) dimana makanan yang mengandung fruktosa yang tinggi dapat menyebabkan beberapa penyakit dibawah ini yaitu :

  • Hipertensi
  • Diabetes Melitus
  • Obesitas
  • Gangguan ginjal

Penting untuk kita ketahui bersama bahwa kebutuhan protein dan batas konsumsi gula pada anak adalah sebanyak 26 gram untuk Protein dan 23 gram untuk gula harian. Sedangkan untuk 1 gelas atau 1 sachet susu kental manis mengandung 42gram gula. Berbeda dengan kandungan pada susu cair atau susu bubuk yang setiap 1 gelas nya mengandung 8gram Protein dan 11,3 gram gula.


Prof.Dr.Ir. Netty Herawati.,M.Si., Ahli Gizi & Praktisi Pendidikan PAUD, sebagai narasumber keempat menyampaikan bahwa 4 Sehat 5 Sempurna sudah diganti menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang dimana terdapat 3J dalam pemberian makan pada anak yaitu : Jumlah, Jenis dan Jadwal, terdiri dari 3x makan utama dan 2x selingan.

Tumpeng Gizi Seimbang juga menggambarkan 4 pilar agar hidup kita sehat yaitu :

  1. Konsumsi makanan beragam
  2. Biasakan perilaku hidup bersih
  3. Melakukan aktivitas fisik secara rutin
  4. Pantau Berat Badan Secara Berkala

Agar tumbuh kembangnya baik dan tepat, tetap berikan susu pada anak dengan takaran tertentu dan susu anak yang dikonsumsi sudah terdaftar di Badan POM, Ingat ya bun, kental manis bukan susu tetapi sirop beraroma susu 

Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) saat ini membawahi 22,000 PAUD di seluruh Indonesia. Hal tersebut merupakan potensi bagi peningkatan literasi dan perbaikin gizi masyarakat, dalam rangka memperluas jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat. Dengan demikian, kolaborasi edukasi gizi ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya generasi emas Indonesia 2045. 



Tidak ada komentar

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung ke www.indrifairy.com
Jangan lupa tinggalkan komentar ^_^